BLANTERWISDOM101

[Cerpen Anak Rohani] Curahan Hati Ranti

Agustus 31, 2024


Suasana Natal di Kafe


Ranti, seorang gadis kecil yang telah menjadi yatim piatu sejak dia lahir itu duduk sendirian di taman sekolah. Memang benar, ayah dan ibunya telah meninggal. Tetapi, dia dirawat oleh kakek neneknya yang cukup berada. Sehingga, bisa belajar di sekolah.
 
Ranti memandangi Om Dimas yang mengantarkan Arga, teman sekelasnya. Pikirnya, “Ah
 Andai saja, Tuhan tidak mengambil kedua orang tuaku akibat kecelakaan. Pasti, aku akan diantar jemput oleh mereka. Tetapi sayang, Tuhan mengambil mereka.”
 
Bel tanda mulainya pelajaran berbunyi. Ranti, Arga dan teman-teman lain berbondong-bondong masuk ke dalam kelas.
 
Bu Angela, guru Bahasa Indonesia datang ke kelas Ranti. Dia membawa buku kesukaan Ranti. Tentang puisi dan cerita pendek.
 
Apalagi, gambar bukunya ada anak kecil yang melantunkan puisi sambil makan siomay. Makanan yang sempat menjadi kegemarannya, tetapi dilarang dimakan lagi oleh sang nenek.
 
Bu Angela mendekati bangku Ranti lalu bertanya, katanya, “Ranti, kenapa setiap ibu membawa buku ini. Kamu selalu melamun? Apakah ada yang salah dengan buku ini?”
 
Gadis kecil berlesung pipi itu hanya termangu. Bu Angela mengulangi pertanyaannya, “Ranti, ibu guru penasaran. Buku ini kenapa membuat kamu selalu melamun, setiap ibu guru membawanya ke kelas?” Bu Angela membelai rambut Ranti yang terurai rapi.
 
“Ma... maafkan saya, Bu. Saya hanya teringat akan ayah dan ibu. Mereka sudah lama pergi. Buku itu, sering mereka bacakan semasa hidup.” Ranti menjawab Bu Angela, lantas memeluk kepala di atas meja dan menangis sesegukan.
 
Bu Angela guru yang baik dan peduli kepada semua muridnya, terutama Ranti yang merupakan murid paling cerdas di kelas, sekaligus sekolah.
 
Oleh karena itu, Bu Angela memeluk Ranti. Ia pun kembali ke bagian depan kelas, kemudian mulai mengajar, sambil menghapus air mata yang jatuh pipinya.
 
Setelah selesai mengajar, Bu Angela menunggu Ranti. Ketika Ranti keluar kelas, Bu Angela mengajaknya makan di luar.
 
“Bu, memangnya ada momen apa ya? Kok, saya diajak makan ke luar?” tanya Ranti, yang sebenarnya ingin segera pulang karena mau membaca buku puisi dan cerita pendek yang sama.
 
“Ranti sayang, tidak perlu ada momen penting apa pun  agar bisa mengajak seseorang makan siang bersama. Tapi, kalau kamu nggak mau. Ibu nggak memaksa kok.” Besar harapan Bu Angela, Ranti mau ikut dengannya.
 
Ranti yang tadinya mengerucutkan bibirnya, kini tersenyum. Lantas menjawab, “Bu guru jangan sefih. Saya mau kok, Bu. Ayo kita makan siang. Membaca buku yang sama seperti ibu bacakan itu kan bisa nanti. “ Lalu, mereka pergi ke Kafe bersama-sama.
 
Sampai di kafe, Ranti terkagum melihat suasana di sana yang luar biasa indah. Ada makanan yang enak-enak. Ada juga hiasan seperti saat Natal. Padahal, baru bulan Agustus. Natal masih sekitar tiga bulan lagi.
 
“Ranti, di kafe ini memang begitu. Meskipun Natal masih lama, tetap saja dihias menurut suasana Natal. Soalnya, yang punya adalah seorang Kristen yang telah menerima Tuhan Yesus menjadi Juru Selamatnya. Maka dari itu, kafe ini dihias demikian rupa.”
 
Ranti mengerti. Dia pun mengutarakan pendapatnya, “Kalau Tuhan Yesus itu Juru Selamat, kenapa Ia mengambil ayah dan ibu saya, Bu? Harusnya, Ia menyelamatkan ayah dan ibu saat kecelakaan itu!”
 
Bu Angela terkejut, lantas memeluk Ranti. “Ranti, sayang. Kecelakaan yang dialami ayah dan ibumu bukan disebabkan Tuhan Yesus. Ia mengizinkan mereka meninggal, pasti karena memiliki rencana yang sangat indah dan luar biasa untuk kamu dan nenek.”
 
Ranti kembali tenang. Bu Angela mengajak Ranti duduk di pojok kanan kafe itu. Lantas, mereka memesan makanan.
 
Setelah makanan datang, Bu Angela berkata, “Ranti, boleh ibu guru minta kamu memimpin doa makan?” pertanyaan Bu Angela membuat Ranti terperangah.
 
“Ha. Sa... saya, Bu? Kan, saya masih kecil. Tidak bisa berdoa, Bu.” Dengan polos, Ranti menjawab Bu Angela. Dia pun tersipu malu.
 
Bu Angela tersenyum. Dia memohon Ranti memimpin doa. “Doa sebisanya saja ya, Ranti. Ibu pengen banget dengar kamu memimpin doa makan.”
 
Ranti membuka mulutnya, lalu berdoa sebisanya. “Tuhan Yesus, terima kasih telah membuat bu guru mengajak saya makan. Kiranya, berkati makanan di depan kami ini. Amin.”
 
Ranti dan Bu Angela membuka mata. Saat mata mereka terbuka, tiba-tiba datanglah Arga dan Om Dimas di depan mereka.
 
Ranti terkejut, mengapa Arga dan Om Dimas bisa di sana? Lalu, Bu Angela mengajak Arga dan Om Dimas duduk.
 
“Ranti, Om Dimas adalah pemilik kafe ini. Selain pemilik kafe, Om Dimas merupakan seorang pembuat konten Rohani Kristen di YouTube setelah pengenalannya akan Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat secara pribadi.”
 
 
“Oh, begitu ya Bu?” Ranti kembali melamun. Dia teringat kalau neneknya sedang sakit hari ini.
 
Om Dimas bertanya pada Ranti, “Ranti, kok kamu melamun? Ada apa, Nak?” Perhatian Om Dimas tertuju pada Ranti yang tidak segera menjawabnya.
 
“Ranti, kok nggak menjawab pertanyaan papaku sih? Nggak sopan.” Arga langsung ditegur Om Dimas karena membentak Ranti.
 
Ranti menangis. Dia ketakutan karena sebelumnya, tidak pernah dibentak oleh seorangpun. Bu Angela langsung memeluk Ranti.
 
“Mas Dimas, tolong dong ajari Arga kerendahan hati. Mas kan seorang yang rendah hati. Masa iya, tidak melatih anak jadi orang yang rendah hati?” Bu Angela tidak peduli Om Dimas akan marah padanya. Yang dia pikirkan adalah Ranti.
 
Setelah semua tenang dan selesai makan, Ranti mengajak Bu Angela pulang. Mereka pun masuk mobil setelah Bu Angela meminta maaf atas tegurannya kepada Om Dimas.
 
Sampai di rumah, Bu Angela ikut Ranti masuk dan mendoakan nenek Ranti. Lalu, dia pamit pulang.
 
Saat di luar rumah, Ranti berkata, “Bu guru, terima kasih sudah menjenguk nenek. Saya yakin, nenek akan sangat senang dan setelah didoakan bu guru, Tuhan Yesus membuat nenek sembuh.”
 
“Sama-sama, Ranti. Kamu percaya saja, Tuhan Yesus itu benar-benar Juru Selamat yang sangat baik. Oleh-Nya, kita dimenangkan dan dimerdekakan.”
 
“Amin, Bu. Saya jadi merasa bersalah, telah menyalahkan-Nya atas kepergian ayah dan ibu saya. Tetapi, sekarang saya mengerti apa alasan-Nya mengambil mereka.

***
Bapak, memang engkau tidak meninggal akibat kecelakaan. Rasa sakit akibat kepergianmu, sama seperti kisah Ranti ini. Tetapi puji syukur ke hadirat Tuhan, Ia telah menyembuhkan luka batinku. Tenang di Sorga ya, bapakku sayang. 

Kabupaten Karanganyar, 31 Agustus 2024

#cerpenanakrohani
 
 
Share This :

0 Comments